Jumat, 08 Juni 2012

Rijsttafel – Budaya Menikmati Makanan Indonesia

Rijsttafel (dibaca "rèisttafel")? Apa sih itu? Pertama kali saya mendengar kata itu pun, saya cukup bingung. Percaya atau tidak, Rijsttafel ternyata adalah salah satu budaya perjamuan makan Indonesia yang cukup unik.

Rijsttafel   berasal dari bahasa Belanda secara etimologi: rijst berasal dari bahasa Perancis kuno ris; berarti beras, sedangkan tafel dalam bahasa Belanda berasal dari Latin tabula; berarti table atau meja jadi  artinya “RiceTable”.  merupakan cara penyajian makanan berseri dengan menu dari berbagai daerah di Nusantara yang berkembang dari kolonial Hindia Belanda yang mengadopsi kebiasaan makan menggunakan menu utama dengan nasi. Cara penyajian ini populer di kalangan masyarakat Eropa-Indonesia, namun tetap digemari di Belanda dan dihidupkan lagi di Indonesia pada masa kini.
Pengertian Rijsttafel menurut 
  • wiktionary.org : A large meal originating in Colonial Indonesia composed of many different dishes with rice as the main ingredient; several side-dishes such as krupukacar and serundeng are served to make it a "rijsttafel".
  • merriam-webster.com/dictionary : an Indonesian meal consisting of rice and a variety of accompanying dishes (as meat, seafood, and vegetables)
  • encyclopeadia britannica : ( Dutch: “rice table”) an elaborate meal of Indonesian dishes developed during the Dutch colonial era. Because of its political overtones, the rijsttafel is seldom served today in Indonesia, but it is popular in the Netherlands and at both Dutch and Indonesian restaurants abroad.  In essence the rijsttafel consists of rice and foods to accompany it: curried meats, fish, chicken, vegetables, fruits, relishes, pickles, sauces, condiments, nuts, eggs, and so on. The diner is served a plate of rice and chooses from among the side dishes to achieve a balance of salty, spicy, sweet, and sour accompaniments. A rijsttafel of 40 dishes was not uncommon, the meal sometimes taking three to four hours to consume.
Rijsttafel pada dasarnya adalah konsep penyajian makanan lengkap ala restoran di Eropa, yang diawali dengan makanan pembuka (appetizer), lalu makanan utama, dan diakhiri dengan makanan penutup. Titik berat ditujukan pada cara penyajian dan kemeriahan. Dalam rijsttafel, makanan yang disajikan bukanlah masakan Eropa melainkan masakan Nusantara, masakan "hibrida" barat dan Nusantara, serta —sebagian kecil— menu Barat. Yang terakhir ini biasanya yang berkaitan dengan menu beralkohol, seperti anggur atau gin.
Menu yang disajikan dengan cara ini bervariasi, tergantung selera. Menu standar biasanya melibatkan Nasi goreng, Lumpia, Sate, Gado-gado, Nasi Kuning, Rendang,  Rendang, Opor ayam, Sate dan Pisang Goreng, dilengkapi dengan kerupuk dan sambal.Saya tidak menemukan informasi tentang kapan budaya Rijsttafel mulai dikembangkan, tapi sudah pasti tradisi ini dimulai di jaman kolonial. Kata Rijsttafel menurut merriam-webster.dictionary dikenal pertama kali tahun 1889. 
Embrio rijsttafel ini diperkirakan muncul sejak awal abad ke-19. pada masa tersebut orang-orang Belanda yang tinggal di Indonesia umumnya adalah para pria yang hidup sendiri di negeri koloninya tanpa istri dan anak-anak mereka. Kondisi ini jelas menyulitkan kehidupan biologis mereka, salah satunya adalah dalam hal makan sehari-hari. Di negeri jajahannya, sulit bagi mereka untuk menemukan makanan Eropa. Hal ini disebabkan, selain tidak adanya kaum wanita Eropa yang biasa mengurus hidupnya, juga disebabkan sulitnya menemukan bahan-bahan makanan Eropa tersebut. Jarak tempuh pelayaran laut yang memakan waktu berbulan-bulan lamanya serta belum ditemukannya teknologi pengawetan bahan makanan sebelum tahun 1870, membuat bahan makanan Eropa begitu langka adanya; sekalipun ada umumnya sangat mahal sekali. Dalam mengatasi permasalahan ini, maka mereka mengawini wanita-wanita pribumi yang masa itu dikenal dengan penamaan “nyai-nyai” untuk mengurus hidup mereka. Di tangan para nyai inilah, pria-pria Belanda tersebut terbiasakan untuk makan nasi berikut hidangan lokal pribumi.
1292904199924688894
Cover Buku Memasak Onze Rijsttafel karya E.W.K. Steinmetz
Barulah pada paruh kedua abad ke-19, terutama sejak tahun 1870 ketika bertambah besarnya arus kedatangan bangsa Eropa akibat pembukaan Terusan Suez pada 1869, turut mengubah kehidupan sosial budaya di Hindia Belanda. Terjadi perkumpulan kembali (samenleving) antarsanak famili di kalangan orang-orang Belanda. Hal ini membuat suatu perubahan besar bagi kehidupan mereka di negeri jajahan, khususnya dalam hal kebiasaan makan. Mereka pun menjadi lebih sering untuk makan makanan Belanda. Namun kebiasaan makan nasi justru tidak mereka hilangkan, malah orang-orang Belanda mengangkatnya menjadi lebih spesial dalam tradisi makan yang dinamakan mereka rijsttafel itu.
Selain di rumah, sarana seperti hotel, restoran, pasanggrahan, dan societeit(tempat perkumpulan) yang makin menjamur pada akhir abad 19 menjadi tempat-tempat utama dilangsungkannya rijsttafel. Satu hal yang patut digarisbawahi daririjsttafel di sini adalah kemasyhuran serta keeksotisannya, sehingga membuat para turis yang berkunjung ke Hindia Belanda penasaran untuk menikmatinya.
Bayangkan saja, untuk melayani para tamu di tempat-tempat tersebut di atas membutuhkan tenaga pelayan pribumi yang berjumlah rata-rata 30 hingga 40 orang dengan memakai pakaian ala Jawa berpadu Eropa. Mereka bertugas membawa sekitar 40 hingga 60 jenis masakan.
Komposisi hidangan biasanya terdiri atas: nasi, sayur-sayuran (seperti sayur lodeh, sayur asem, dan sup); hidangan pelengkap (seperti daging, ikan, telur, sambal-sambalan dan acar); kerupuk, pisang goreng hingga buah-buahan. Hidangan lebih didominasi oleh citarasa pribumi (utamanya dari Pulau Jawa). Meski begitu, dalam perkembangannya variasi makanan pun bertambah, seperti dari kuliner China maupun Belanda sendiri.
Hotel terkemuka seperti Des Indes di Batavia serta Savoy Homan dan Beau Sejour (Lembang) di Bandung, tercatat adalah contoh hotel yang menyediakan menu dan pelayanan ala rijsttafel. Memang di rumah-rumah orang Belanda yang kemudian menulari gaya hidup orang pribumi dan orang China yang kaya, tradisi rijsttafel adakalanya dilakukan, namun dalam skala pelayanan dan hidangan lebih kecil dan sederhana.
12929031441662465169
Rijsttafel di Hotel Savoy Homann, Bandung ca. 1930
Akhirnya pada dasawarsa tahun 1940-an, tradisi makan rijsttafel mulai menyusut seiring berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda yang digantikan kekuasaan militer Jepang di Indonesia. Semakin meningkatnya semangat nasionalisme membuat banyak orang Indonesia masa 1942 menolak kebudayaan dan kebiasaan orang-orang Belanda, termasuk salah satu diantaranya adalah rijsttafel. Meski begitu, tanpa disadari banyak unsur budaya makannya yang memberikan warisan bagi kuliner Indonesia. Bukan hanya makanan berupa perkedel (dari frikadel), semur (smoor), dan suar-suir ayam (zwartzuur) saja, namun pengubah-suaian tradisi makan ini kemudian dapat dilihat dari prasmanan sebagai gaya penyajian yang dipakai masyarakat Indonesia masa sekarang.

Jadi rijsttafel adalah suatu pesta atau perjamuan dimana para pengunjung disajikan antara 10 sampai 40 jenis makanan. Tentunya, seperti yang anda bayangkan, semua hidangan yang disajikan akan disertai dengan nasi sebagai makanan tengah.
Menu makanan popular yang disajikan yang paling unik dari Rijsttafel adalah berbagai macam daerah di Nusantara yang direpresentasikan olah sajian makanan tersebut. Segala rasa dan tekstur di lidah yang anda pernah coba: pedas, manis, asam, asin, garing, lunak, dan kenyal  akan dapat ditemukan di hidangan yang termasuk daging, sayur, dan buah-buahan. Dari sejarahnya sendiri, koloni Belanda menciptakan Rijsttafel untuk merayakan khas makanan Indonesia yang berasal dari berbagai macam etnik dan budaya dengan menggunakan bumbu-bumbu masakan yang unik dan terkadang sangat susah dicari di luar Indonesia.
Satu hal yang baru juga saya sadari adalah budaya bangsa kita yang menjunjung tinggi makanan khas negeri kita sendiri. Dengan persiapan yang terkadang cukup ribet berserta begitu banyaknya masakan Indonesia yang lezat, pantaslah kalau orang Indonesia di luar negeri pasti menjawab makanan jika ditanya apa yang paling dia rindukan dari Indonesia. Rijsttafel tentunya merupakan acara yang bagus sekali untuk melepas kangen ataupun untuk memperkenalkan makanan Indonesia ke sobat-sobat kita yang bukan dari Tanah Air.
Jika anda berada di luar negeri dan ingin mencoba Rijsttafel? Pergilah ke acara-acara formal atau yang berbau kebudayaan Indonesia. Siapa tahu anda akan mendapatkan hidangan ala Rijsttafel. Datanglah dengan perut kosong. Akan dijamin anda pulang dengan perut yang kenyang dan hati yang berbahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar